| Peneliti: Malaysia Tak Lagi Berdiplomasi Saudara | 
   Jakarta (ANTARA) - Peneliti Eksekutif CIDES Zainuddin Djafar  mengatakan pemerintah jangan membayangkan Malaysia sebagai saudara namun  sebagai negara yang harus diwaspadai.
"Jangan anggap saudara tua, atau saudara serumpun, hal itu sudah  tidak ada lagi," katanya dalam pemaparan ekonomi - politik CIDES di  Jakarta, Senin.
Guru Besar FISIP UI tersebut mengatakan, perkembangan diplomasi dan  politik luar negeri Malaysia kini telah berubah. Menurut dia, Pemerintah  Malaysia dengan kemajuan ekonominya, kini lebih fokus dalam  diplomasinya yang lebih bersemangat ke depan.
"Tidak mau tahu dengan sejarah masa lalu hubungan dengan Indonesia. Tidak ada lagi istilah Indonesia sebagai saudara tua atau abang adik," katanya.
Ia menambahkan, sejak 2000, nilai-nilai superioritas di kalangan  Malaysia telah tumbuh pesat. Hal ini menurut dia seiring dengan arus  perkembangan ide-ide masyarakat sipil orang masyarakat Melayu pada 2005  terutama dengan menautkan dirinya kepada aturan hukum internasional.
"Kita bisa amati dari setiap pernyataan Menlu Malaysia akhir Agustus  2010 yang selalu memakai hitungan maupun ukuran aturan hukum  Internasional sebagai sumber otoritas sipil secara `global society`  (masyarakat global)," katanya.
Ia mengatakan, Malaysia kini memiliki kemampuan dan kesiapan dalam  diplomasi internasional dibandingkan dengan Indonesia. Malaysia seiring  dengan superioritas yang dimilikinya, menurut dia, akan siap untuk  melakukan perundingan di tingkat internasional.
Berbeda dengan Indonesia, menurut dia, justru melakukan pelemahan  dalam diplomasi. Padahal Indonesia memiliki potensi yang luar biasa yang  disegani oleh berbagai negara dalam berdiplomasi.
Dari segi konstelasi politik, Indonesia merupakan pimpinan dalam  negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI. Selain itu, Indonesia juga  merupakan negara yang sebenarnya sangat berpengaruh dalam negara-negara  non blok yang kini menjadi negara G-77. Begitu pula dengan persekutuan  ASEAN.
"Namun ini tidak dimainkan, peran kita tidak ada giginya lagi," katanya.
Di G-77, menurut dia, Turki dan Afrika Selatan siap untuk memainkan  peran yang lebih penting. Selain itu di ASEAN, Indonesia juga tidak  menunjukkan kiprahnya, dan Malaysia kini siap untuk mengambil alih  kepemimpinan tersebut. Ia juga sangat menyayangkan keikutsertaan  Indonesia di G-20 lebih sebagai pengikut dibandingkan dengan menjadi  alat perjuangan bagi negara-negara berkembang. "Padahal kalau Indonesia  bisa memperjuangkan negara-negara berkembang, maka diplomasi Indonesia  semakin kuat," katanya.
sumber : Yahoo news
 












0 komentar:
Posting Komentar