
Cerita kali ini akan coba membahas tentang cerita seks  yang seru dan heboh. Pemerintah sendiri juga menyarankan untuk banyak  membaca, nah untuk itu mari kita baca sama-sama bagaimana serunya cerita seks abg  berikut ini. Ah.Om-om sudah pernah aku coba,kadang tu aku sampai-sampai  kwalahan abis Dedek nya om kuat banget,aku jadi merem melek.Ada juga  yang sudah klenger sebelum aku mencapai orgasme.Saatnya berburu lagi  om-om asyik juga,kadang kantongnya tebel lumyan buat isi perur dan  shoping di mall habisin waktu libur bersama teman.Bulan ini setelah  sempat berkumpul-kumpul di cafe aku dan teman-temen sepakat untuk  berlibur di suatu tempat.Aku dan temen2ku, Lina dan Sintia, weekend  akhirnya di setujui untuk meluncur ke Anyer. Sintia nyewa cottage disana  ya untuk bisa happy tentunya’. Kali ini mereka berdua gak bawa  pasangannya masing2 itu ada maksudnya, karena memang kita ber3 mo  berburu om om. 
Sebenarnya mereka mo bawa pasangannya, tapi karena aku gak punya pasangan tetap, gak jadi deh. “Kamu sih Nes, gak punya pasangan tetap”, protes mereka. “Ngapain punya pasangan tetap, banyak kok lelaki yang mo bikin Ines klepek2 sampe lemes”, aku membela diri. Akhirnya mereka mengalah. Kita nyampe di Anyer Jumat sore, banyak juga lelaki yang lalu lalang di pantai didepan cottage yang disewa Sintia. Ada yang bawa pasangan, tapi banyak juga yang sendirian. Segera kami ber3 memakai seragam wajib buat mejeng, bikini yang minim dan seksi. Kami bermain2 di pantai sambil melirik lelaki ganteng yang mondar mandir disana. Segera saja Lina dan Sintia dapat pasangan, mereka langsung cabut dengan pasangannya masing2 meninggalkan aku sendirian. Memang kalo pergi ber3, aku selalu yang paling akhir dapet pasangan. Aku berbaring saja di kursi yang banyak tersedia dipantai, sampe akhirnya ketiduran.
Sebenarnya mereka mo bawa pasangannya, tapi karena aku gak punya pasangan tetap, gak jadi deh. “Kamu sih Nes, gak punya pasangan tetap”, protes mereka. “Ngapain punya pasangan tetap, banyak kok lelaki yang mo bikin Ines klepek2 sampe lemes”, aku membela diri. Akhirnya mereka mengalah. Kita nyampe di Anyer Jumat sore, banyak juga lelaki yang lalu lalang di pantai didepan cottage yang disewa Sintia. Ada yang bawa pasangan, tapi banyak juga yang sendirian. Segera kami ber3 memakai seragam wajib buat mejeng, bikini yang minim dan seksi. Kami bermain2 di pantai sambil melirik lelaki ganteng yang mondar mandir disana. Segera saja Lina dan Sintia dapat pasangan, mereka langsung cabut dengan pasangannya masing2 meninggalkan aku sendirian. Memang kalo pergi ber3, aku selalu yang paling akhir dapet pasangan. Aku berbaring saja di kursi yang banyak tersedia dipantai, sampe akhirnya ketiduran.
Aku terkejut ketika ada yang menyenggol2  kakiku. Aku membuka mataku. Ada seorang lelaki ganteng, badan tegap,  pokoknya tipeku bangets deh, bertelanjang dada hanya mengenakan celana  pendek gombrong. “Halo, aku Edo. Sori ya membangunkan kamu. Kok  sendirian sech”, tanyanya. “Saya Ines. Tadi sih datengnya ber3, teetapi  temen2 Ines pergi gak tau kemana sama pasangannya masing2. Jadi Ines  sendirian deh, sampe ketiduran. Om juga sendiri, eh boleh kan manggil  om”, jawabku. “Boleh aja, mau gak kamu nemenin om”. “Emangnya om juga  sendirian ya kemarinya, itu mah diniatin karena disini pasti om juga  nyari pasangan, nyarinya yang abg kan om?”. “Ah bisa aja kamu. Om kemari  sama pasangan kok, sama istri. Gini Nes, om mau terus terang. Istri om  pengen banget ngeliat om ngentot ama prempuan lain”. Dia terdiam sejenak  memandangiku, melihat apa responsku terhadap keterus-terangannya. “aku  hanya tersenyum2 saja. “Kok cuma senyam senyum Nes, kamu mau gak ama  saya dan istri, threesome gitu Nes”. Aku senang aja dapet tawaran  seperti itu, biasanya kalo aku ber threesome, lelakinya 2 sampe aku  termehek-mehek (kaya acara tv aja yach) ngeladeninya. Aku sih gak yakin  itu istrinya, paling juga TTM nya, tapi siapa perduli. “Ok om, Ines mau  deh”. “ener ya Nes, terima kasih deh”. “Kok om milih Ines sih, tuh  disana ada beberapa cewek yang sepertinya abg juga”. “Om dah survei  mereka, om sreknya sama kamu Nes, om napsu banget liat kamu. Bikini kamu  minim banget, toket kamu besar lagi. Jembut kamu lebat ya Nes”. “Kok om  tau sech”. “La iyalah, bulutangan ama bulukaki kamu panjang2, terus  kamu ada kumisnya. Pasti jembut kamu lebat banget, dan juga napsu kamu  juga besar kan. Kamu pasti gak puas cuma maen 1 ronde. Iya apa iya?” “Om  dah pengalaman rupanya ya”. “Yuk deh ke cottage om, istri om dah nunggu  disana”. “Istri apa istri sih om”, godaku. Dia hanya senyum2 saja  mendengar godaanku. Aku digandengnya ke cottagenya, melalui cewek2 abg  yang lagi bercanda2, mereka semua juga berbikini. “Om, gak jadi nih  ngajak kita?’, mereka mengganggu om Edo.
Sesampainya di cottagenya, ada seorang  wanita, belum tua tapi yang pasti bukan abg dan jauh lebih tua dari aku,  juga berbikini. “Ini Lina, istri om”. “Saya Ines tante”. “Jangan  panggil aku tante, belum tua kok dipanggil tante, panggil nama aja biar  lebih akrab”, protesnya. Lina tubuhnya tinggi semampai, lebih tinggi  dari rata rata wanita Indonesia. Kulitnya mulus, berwarna kuning langsat  (kenapa harus kuning ? apa tidak ada warna lain? He.. he.. heee),  wajahnya bernuansa oriental. Tapi herannya kenapa toketnya besar ya ?  Biasanya tipe tipe seperti itu kan toketnya cenderung kecil. Ukuran bra  nya 34C (sama dong seperti aku). Toketnya yang besar terlihat  bergelayutan seakan akan mau meloncat dari dalam bra bikini nya.  Pentilnya kelihatan jelas tercetak karena branya tipis. Perutnya rata  bener, mungkin belum punya anak, apalagi dengan berlian yang ditindikkan  di pusarnya sebentar sebentar berkilauan bila dia menggerakkan  tubuhnya. Sedangkan pahanya, alamak, betul betul paha peragawati, mulus  sekali. Belum lagi matanya yang redup sayu membuat laki laki yang  ditatapnya merasa seperti dipanggil untuk mendekat.
Kamipun pergi ke belakang cottage.  Rupanya om Edo menyewa cottage yang ada fasilitas kolam renang pribadi  yang tertutup dari pandangan orang lain. Ditepi kolam renang ternyata  sudah dipersiapkan semacam kasur angin ( seperti yang diiklankan di TV  itu lho ).Disampingnya ada meja taman yang diatasnya terletak buah  buahan, sebotol wine dan beberapa botol soft drink. Tentu saja ada juga  tiga buah gelas kristal yang cantik. Tapi aku tidak tertarik dengan  semua itu, karena setiba ditepi kolam renang, buru buru aku menceburkan  diri ke air. Rupanya inisiatifku diikuti oleh mereka berdua.  Kuperhatikan kontol om Edo ternyata sudah ngaceng dibalik celana  gombrongnya, walaupun belum seratus persen. Tidak begitu lama kami  berada diair. Kemudian kami bertiga duduk di kasur angin tersebut. Kini  aku yang mengambil inisiatif. Kudorong tubuh om Edo supaya telentang dan  kutarik tangan Lina untuk memegang kontol om Edo. Sedang aku sendiri  cepat cepat memperamainkan toket Lina dari belakang sambil menciumi  belakang telinga dan kuduknya. Diperlakukan demikian, apalagi sambil  memegangi kontol om Edo yang sudah tambah mengeras, nafsu Lina rupanya  cepat naik. Nafasnya agak memburu sedang mukanya sudah mulai memerah.  Melihat itu om Edo mulai beraksi mengambil alih permainan. Sambil  merebahkan tubuh Lina dikasur, aku disuruh menghisap menciumi toket Lina  dari luar branya, sedang dia mulai menciumi paha sebelah dalam Lina,  terus keatas, sampai ke daerah nonoknya. Sedang tangannya yang kiri  mulai menggerayangi nonokku yang juga sudah mulai gatal. Permainan tidak  berlangsung lama, om Edo segera melepas bikini Lina sehingga Lina  sekarang bertelanjang bulat. Toketnya yang besar dan kencang dihiasi  dengan sepasang pentil yang juga sudah mengeras. Jembutnya juga lebat,  walaupun tidak selebat jembutku. Kemudian dia melepaskan bikiniku,  paling akhir dia melepas celana gombrongnya. Kontolnya yang sudah  ngaceng dengan kerasnya, berdiri mengangguk2, panjang dan besar sekali.  Sampai dibelahan nonok Lina, tanpa basa basi mulut om Edo langsung  menyerbu dan menjilat jilat sambil menghisap hisap itil Lina. Lina  langsung menggelinjang hebat. Mulutnya mulai mendesis “Ouccggghhh…….” om  Edo sadar bahwa dia harus memuaskan dua orang cewek secara bergantian  dan berkali kali, maka tanpa membuang waktu lebih lama dia sodorkan  kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu ke belahan nonok Lina.
Dia menggosok gosokkan ujung kontolnya  ke itil dan bibir nonok Lina. Tentu saja hal tersebut membuat Lina  bergelinjang tidak keruan. Lina langsung memegang kontol om Edo yang  luar biasa besar itu untuk dimasukkan kedalam nonoknya. Tidak mudah,  mungkin karena nonok Lina masih sempit. Aku jadi semakin yakin bahwa  Lina bukan istri om Edo. Kalo dia istrinya, harusnyaom Edo tidak sulit  untuk membenamkan kontol gedenya di nonok Lina. Maka, sambil menghisap  hisap toket Lina, jari jari nya menolong membuka bibir nonok Lina supaya  bisa dilalui kontolnya. “Uuuccchhh…..mmmhhhh “ rintih Lina menahan rasa  nikmat. Tak berapa lama kontol om Edo berhasil juga menyeruak kedalam  nonok Lina, walaupun baru sebatas kepala dan separo batangnya saja.  Itupun sudah membuat Lina menjerit tertahan merasakan nikmat . “  Oouugghhhh…maas, tteerruuussss ….. oouughhh … eennnaakkkk… “ celotehnya.  Mukanya jadi merah membara, matanya membeliak beliak keatas, pahanya  makin dilebarkan dan pinggulnya diangkat angkat keatas. Walaupun  mulutnya masih terus menghisap hisap toket Lina, terdengar bisikannya  padanya “ Goyang Lin, goyang pantatmu supaya kontol ku cepat bisa masuk  seluruhnya “ Diapun menggoyang goyangkan pantatnya diringi dengan  hunjaman keras kontol om Edo, maka blesss… amblaslah semua batang kontol  om Edo. “Aaarrggccchhhh……” pekik Lina “Maas…… kkontttoll mu  ……mmmhhhhh…eennaakkk sseekkalliii….” Setelah itu om Edo makin giat  menghunjam hunjamkan kontol besarnya ke dalam nonok Lina yang makin  menggelinjang gelinjang dengan hebatnya. Tubuhnya yang sudah basah  dengan air itu makin basah lagi bercampur dengan keringat, sedang  selangkangan dan jembutnya makin basah dengan cairan yang mulai keluar  dari lubang nonoknya. Matanya makin membeliak beliak sambil mulutnya  yang mungil itu ternganga nganga.
Akupun mulai berinisiatif lagi, lidahku  mulai menjilati muka Lina, bibirnya, turun ke leher, dan akhirnya ke  toketnya yang besar itu lagi. Tentu saja hal tersebut membuat tubuh Lina  yang telanjang itu makin menggelinjang. Kurang dari setengah jam Lina  kami perlakukan demikian ketika tiba tiba tangan Lina yang kanan  mencengkeram erat erat tanganku, sedang tangannya yang kiri memeluk erat  erat pinggang om Edo. Sambil mengangkat pinggulnya tinggi tinggi  orgasmenya meledak diriringi teriakannya “Aaaarrrggghhh… Maaas  ….oooccchhhhhhh……” Linapun terkapar sambil tangannya memegangi kontol om  Edo yang tentu saja belum orgasme. Lina rupanya tidak ingin cepat cepat  kehilangan kontol itu dari nonoknya.
Aku terpana sekali menyaksikan adegan  itu. Tangankupun tanpa sadar telah mengelus elus nonok dan itilku  sendiri. Tetapi sadar akan tugasnya untuk memuaskan diriku juga, maka  dengan halus om Edo melepaskan kontolnya dari nonok Lina dan  mengacungkannya padaku. Tentu saja hal itu kusambut dengan bahagia,  kupegang kontol itu kuusap usap, kucium kemudian ku hisap hisap sambil  kutelan sisa cairan dari nonok Lina yang menempel hingga bersih. Akupun  ingin memamerkan kepiawaianku ngentot kepada Lina, maka setelah  menghisap hisap kontol om Edo, kusuruh dia tidur telentang sehingga  kontolnya mencuat keatas. Akupun segera menungganginya sambil berusaha  memasukkan kontol om Edo kedalam nonokku, dan bleessss… masuklah kontol  om Edo seluruhnya. Aku tergelinjang ketika ujung kontol om Edo menyentuh  bagian paling sensitive didalam nonokku, tapi kuusahakan bagian itu  tidak tersentuh dulu, supaya perngentotan ini berjalan agak lama.  Beberapa saat menaik turunkan pantatku diatas tubuh om Edo. Ternyata  Lina memperhatikan adegan ini, dan dengan mata terbelalak sambil  mulutnya terbuka, dia bangkit duduk untuk menyaksikannya lebih dekat.  “Hisap pentil toket om Edo, Lin.. “ suruhku pada Lina. Tentu saja Lina  menurut, dan sambil menungging dihisap hisapnya pentil toket om Edo.  Kesempatan ini rupanya dimanfaatkan oleh om Edo. Sambil merem melek  keenakan, dia mulai mempermainkan itil Lina, dipencet pencetnya, digosok  gosoknya, sehingga Lina menggelinjang gelinjang keenakan. Melihat muka  Lina makin memerah, om Edo meminta persetujuanku untuk menuntaskan  hasrat birahi Lina lagi. “Percayalah, aku tidak akan sampai ngecret ….”  bisiknya. Akupun mengangguk setuju.
Kemudian dengan lembut toket Lina  didorong sehingga dia rebah telentang. Om Edopun memulai lagi aksinya.  Disedot sedotnya itil Lina sambil dijilat jilatnya dengan rakus. Aku  makin terpana melihat wajah Lina yang mengeluarkan ekspresi yang sulit  untuk kuceritakan. Pokoknya ekspresi untuk meminta segera dientot lagi.  Mungkin om Edo sadar bahwa masih ada tugas selanjutnya yaitu  mengentotiku, maka tanpa buang buang waktu segera diacungkannya  kontolnya ke mulut Lina. Agak kikuk Lina menerima pemberian itu, tetapi  karena tadi dia melihatku, mengelus elus, menjilat jilat dan menyedot  nyedot kontol om Edo, maka diapun berusaha berbuat demikian. Hampir  tidak masuk kontol om Edo kedalam mulut Lina yang mungil itu. Setelah  beberapa saat dihisap hisap, kemudian om Edopun mencabut kontolnya dari  mulut Lina dan langsung mengarahkannya ke tengah lobang nonok Lina dan  …bleeesss………karena nonok Lina sudah banjir, hanya dengan sedikit  kesulitan kontol om Edo sudah amblas seluruhnya kedalam lubang nonok  Lina dan…..”Ooouuuggghhhhh…….” Pekik Lina lirih “  Teerruuuusssss……maaas….. ggennjjot llaggiiii ……..” pinta Lina sambil  merem melek dan wajahnya memerah padam. Tanpa membuang buang waktu om  Edopun langsung memompakan kontol besarnya secara cepat dan bertubi tubi  didalam lubang nonok Lina. “Ughhhh….. ughhhhh….” Terdengar rintihan  nikmat Lina dipadu dengan bunyi kontol om Edo keluar masuk nonok Lina  yang makin banjir itu. Rupanya om Edo ingin perngentotan ini cepat  selesai maka makin kencanglah kontolnya menyodok nyodok lubang nonok  Lina. Rupanya karena termasuk golongan pemula dalam blantika  perselingkuhan maupun tehnologi persetubuhan, Lina masih bersumbu pendek  dan cepat mencapai puncak birahi karena belum setengah jam, tiba tiba  tubuh Lina mengejang, pinggulnya diangkat tinggi tinggi sembari  tangannya memeluk erat pinggang om Edo maka …… “Maaas… akkuuu …….  nyampeeee….. “ dan seiring dengan itu tangannya memeluk makin erat tubuh  om Edo seolah tidak mau lepas lagi. Beberapa saat kemudian barulah dia  tergeletak dengan lemas dibawah tubuh telanjang om Edo. Om Edopun  tersenyum sambil melirik kearahku dan tangan nya mengelus elus rambut  Lina. Rupanya Linapun keenakan diperlakukan demikian.
Dengan lembut ditinggalkannya Lina yang  telentang manja dan langsung menghampiriku. Akupun tahu diri, segera  kutelentangkan diriku, kubuka pahaku lebar lebar sambil kutekuk lututku  keatas. Tanpa basa basi om Edo langsung menyerbu diriku dan memasukkan  kontolnya ke lubang nonokku. Jago benar dia, tusukan kontolnya bisa  persis ditengah tengah lubang nonokku. Tentu saja aku tergelinjang  menerima tusukan yang tiba tiba itu. Dan dengan nafsu yang membara  karena sempat tertunda tadi, maka kulayani om Edo dengan sepenuh  keahlianku. Kuempot empot kontol om Edo dengan nonokku, dan kugoyang  goyang dengan hebat, sehingga walaupun memakan waktu agak lama dan  mengeluarkan suara crot … crot … crot sekitar setengah jam lebih, maka  om Edo dan akupun secara bersamaan melayang ke langit biru yang  diselimuti kenikmatan dan …..” Ugghhhhh..ughhh….. om, Ines….. mmmau…..  nyampee….. ogcchhhhh……..” “Aakkuuu….. jjuggaa…..mo ngecret, Nes…….  aayyoo….bbaarrreeennggggggg…..” “ukkhhh… acchhhhh….. mmhhhhh…..” dan  ……..sshhyyuuuurrrrrrrr…… seperti semburan Lumpur hangat lapindo di  Sidoarjo sana nonokku dan kontol om Edo secara bersama sama menyemburkan  cairan kenikmatan banyak sekali. Kontol om Edo tetap aku jepit erat  erat dengan nonokku sehingga seluruh pejunya habis tertelan kedalam  lubang nonokku. Tubuhku dan tubuh om Edo berpelukan erat sekali sambil  bibir kami berpagutan.
Tentu saja hal semacam ini belum pernah  dialami dan dilihat oleh Lina. Dengan keadaan terengah engah aku lirik  Lina duduk bersimpuh dekat sekali disamping kami sambil mulutnya  ternganga, wajahnya merona merah sambil tanpa sadar tangannya memijit  mijit itilnya sendiri. Rupanya dia amat terangsang dan ikut terhanyut  dengan pemandangan didepan matanya itu. Maka acara selanjutnya kamipun  menceburkan diri ke kolam renang, bercanda sebentar dan kemudian mandi  bertiga di kamar mandi. “Nes ….” Kata Lina tiba tiba sambil merangkul  bahuku dari belakang. Kurasakan kedua pentil Lina menempel di  punggungku. “Hmmh …” sahutku. “Terus terang aku tidak tahu harus  berterima kasih bagaimana kepadamu. Perngentotan seperti tadi sama  sekali tidak pernah kubayangkan. Bermimpipun tidak pernah. Aku tidak  pernah membayangkan kok perngentotan bisa mendatangkan kenikmatan yang  begitu hebat dalam diriku”. Rupanya Lina itu wanita yang kesepian,  suaminya janrang sekali memberikan nafkah batin karena sibuk dengan  pekerjaannya saja. Bertemu dengan om Edo gak tau dimana, Linapun membuat  fantasi seksnya selama ini menjadi kenyataan. Malah dia menginginkan  ber threesome, itulah sebabnya om Edo mengajakku untuk join dalam  kegilaan ini. Terima kasih Lina.
Sepertinya semuanya belum puas dengan  ngentot yang cuma seronde. Om Edo berbaring telanjang di kasur angin.  Lina segera mengocok-ngocok kontolnya perlahan. Aku berjongkok di  depannya. Lina mulai memasukkan kontol om Edo ke dalam mulutnya.  Kepalanya mulai bergerak naik turun. Pipinya yang sedikit menonjol  disesaki kontol om Edo. Sementara aku menciumi dan menjilati pahanya  menunggu giliran. Sesaat kemudian, Lina mengeluarkan kontol om Edo dari  mulutnya, dan aku langsung meraihnya dengan bernafsu. Kujilati terlebih  dahulu mulai dari kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan aku  mulai menghisap kontol om Edo. Om Edo menarik Lina dan menciuminya.  Linapun membalas pagutan om Edo. Ciuman dan jilatannya kemudian beralih  ke pentil om Edo, sementara kontolnya masih menjejali mulutku. Segera om  Edo menarik Lina kedalam pelukannya. Om Edo menjilati pentilnya.  “Ahh…ssstt…” erangan nikmat keluar dari mulut Lina. Erangan ini semakin  keras terdengar saat jari om Edo mengusap-usap nonoknya.
“Sebentar ya Nes..”kata om Edo sambil  mencabut kontolnya dari mulutku. Lina ditariknya sampai berbaring dan om  Edo mengarahkan kontolnya ke nonok Lina. “Pelan-pelan ya mas.” desah  Lina perlahan. Kontol om Edo mulai menerobos nonok Lina. Erangan Lina  semakin menjadi. Tangannya tampak meremas sprei ranjang. Mulutnya  setengah terbuka, dan matanya terpenjam. “Ahhhh…ahhhh” desah Lina saat  om Edo mulai menggenjot kontolnya keluar masuk. Lina mulai menggelinjang  merasakan kontol om Edo menghunjam ke nonoknya sementara aku menonton  adegan itu dengan penuh napsu. Om Edo menghentikan enjotannya dan  mengganti posisi, sekarang Lina yang diatas. Kembali kontol om Edo  menerobos nonok Lina. “Ahhhh….” erangnya. Lina kemudian  menggoyang-goyangkan tubuhnya turun naik mengocok kontol om Edo didalam  nonoknya. Om Edo meraih aku kedalam pelukannya dan mencium bibirku.  Toketku diremasnya dengan gemas, pentilku mendapat giliran selanjutnya.  “Sstttthhhh….sstttt” erangku saat om Edo menjilati dan dengan gemas  mengisap toketku. Sementara Lina masih menggoyang-goyangkan tubuhnya.  Matanya terpejam. Om Edo memilin-milin pentil Lina sementara aku  menjilati pentil om Edo. “Ahhhhh……” erang Lina panjang saat dia nyampe.  Tubuhnya mengejang beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuh om Edo.  Om Edo menciumi pundak Lina beberapa saat, sebelum digulingkan  kesebelahnya.
“Giliranmu Nes..” katanya. Aku langsung  menghentikan hisapanku pada pentilnya, dan dengan bergairah menggantikan  posisi Lina. Aku menaiki tubuhnya dan kuarahkan kontol om Edo ke  nonokku. “Ihhh..gede banget…iihhhh” desahku saat kontolnya menerobos  nonokku. Dengan bernapsu aku menggoyang-goyangkan tubuhku. Toketku  berguncang-guncang saat aku mengenjotkan pantatku turun naik. Terkadang  om Edo menarik tubuhku agar dia bisa menghisapi pentilku. Bosan dengan  posisi ini, om Edo minta aku menungging sambil memegang tepian bagian  kepala ranjang. Disodokkannya kontolnya kembali ke dalam nonokku. Aku  kembali mengerang. “Ihh..ihh..” desahku saat dienjot dari belakang. Lina  tak berkedip melihat aku dientot secara “doggy-style”. “Sini Lin” om  Edo memanggilnya. Saat dia menghampiri, langsung om Edo kembali menciumi  Lina, sementara itu tangannya memegang pinggangku sambil sesekali  menepuk-nepuk pantatku. “Ihh..ihh.. Ines nyampe om.” erangku saat aku  nyampe. Dia melepaskan kontolnya dari nonokku. Aku ditelentangkannya dan  segera kontolnya ambles lagi dinonokku. Om Edo dengan penuh napsu  mengenjotkan kontolnya dengan cepat dan keras, keluar masuk menggesek  nonokku, sampai akhirnya dia menjerit keenakan. Terasa ada semburan peju  hangat didalam nonokku. Diapun terkulai. “Om mainnya hebat banget …”  kata Lina sambil tersenyum. “Iya..kita berdua aja dibuat  kewalahan…”sahutku sambil mengusap-usap dadanya. “Habis kalian  cantik-cantik sih. Jadi nafsu nih” jawabnya. “Kita sih puas banget deh  dientot mas, lemes tapi nikmaat banget, ya Nes” kata Lina. “Yang gemesin  ini lho..gede banget ukurannya” kataku sambil mulai mengusap-usap  kontolnya. “Iya.Rahasianya apa sih om?” TKurasakan kontolnya mulai  mengeras lagi, luar biasa.
“Mas, buat kenang-kenangan Lina video  ya..” ujar Lina tiba-tiba, sambil bangkit mengambil HPnya. “Jangan ah.  Udah nggak usah” om Edo menolak. “Ah..nggak apa mas. Habis kontolnya  gemesin banget deh..Lina nggak ambil mukanya kok..” sahutnya. “Awas,  bener ya. Jangan kelihatan mukanya lho” kata om Edo lagi. “Mas berdiri  di sini aja biar lebih jelas. Terus kamu isepin Nes.. Ntar gantian” kata  Lina. Om Edo bangkit dan berdiri di samping ranjang. Aku kemudian  berjongkok di depannya, dan mulai menjilati kontolnya. “Rambut kamu  Nes..jangan nutupin” kata Lina sambil mulai merekam adegan itu. Om Edo  membantu aku menyibakkan rambutku dan aku mulai mengulum kontolnya  sambil mengelus-elus biji pelernya. Lina merekam adegan itu dengan  antusias. Om Edo mengerang nikmat, sambil membantu menyibakkan rambutku.  Cukup lama aku mengemut kontolnya. Sementara tampak Lina sangat  terangsang melihat aku menikmati kontol om Edo. “Nes..gantian dong..”  katanya beberapa saat kemudian. Hpnya diserahkan ke aku, dan gantian  Lina sekarang yang berjongkok di depan om Edo. Disibakkannya rambutnya  kesamping agar aku dapat merekam adegan dengan jelas. Dijilatinya  perlahan seluruh kontol om Edo. Lubang kencingnya digelitik dengan  lidahnya, kemudian mulutnya mulai mengulum perlahan kontol om Edo.  “Jangan pakai tangan Lin..” kataku yang sedang merekam adegan itu. Lina  kemudian melepas tangannya yang memegang kontol om Edo, dan ia memaju  mundurkan kepalanya. Sesaat kemudian dia mengeluarkan kontol dari  mulutnya dan, tetap dengan tanpa memegang kontol, Lina menjilatinya  sambil bergumam gemas. Kemudian dihisapnya kembali kontol om Edo dengan  bernafsu. Diperlakukan seperti itu, om Edo gak tahan lagi. “Arrghh..  hampir ngecret nih..” erangnya.”Om yang ambil ya..” kataku sambil  menyerahkan hp padanya. Aku kemudian berjongkok bersama dengan Lina.  Kontol itu kukocok-kocoknya. Om Edo tidak tahan lagi. Sambil merekam  adegan, dia ngecret membasahi muka kami. Setelah beristirahat sejenak,  om Edo meminta hp Lina. Dia ingin memastikan wajahnya tidak terlihat di  rekaman video yang tadi diambil. Kemudian mereka berdua masuk kedalam,  aku masih berbaring di kasur, tak lama kemudian aku ketiduran. Hari  sudah gelap.
Aku terbangun karena ada mencium  bibirku. Om Edo duduk dikasur, aku ditariknya duduk disebelahnya.  Napsuku bangkit dengan sendirinya. Segera tanpa membuang-buang waktu  lagi om Edo menyambar tubuhku. Dilumatnya bibirku dan tangannya beraksi  meremas toketku. “Hhhmm..gimana Nes? Udah siap dientot lagi?” “Lina  kemana om?’ “Lagi tiduran dikamar, aku pengen ngentotin kamu sendirian  deh Nes”. Kurasakan hembusan nafasnya di telingaku. Tangan gempalnya  mulai meremasi toketku, sementara tangan yang lainnya mulai  mengelus-elus pahaku. Aku hanya bisa menikmati perlakuannya dengan  jantung berdebar-debar. Tangan yang satunya juga sudah mulai naik ke  bagian selangkangan lalu dia menggesekkan jarinya pada daerah itilku.  Toketku diremas, dibelai, dan dipelintir pentilnya, sambil tangan  satunya tetep menggesek itilku. Aku melenguh kenikmatan. Tiba2 dia  mendorongku telentang dikasur, dibentangkannya pahaku lebar-lebar,  tangannya mulai merayap ke bagian selangkanganku. Jari-jarinya  mengusap-ngusap bagian permukaannya saja lalu mulai bergerak  perlahan-lahan diantara kerimbunan jembutku, jarinya mencari liang  nonokku. Perasaan nikmat begitu menyelubungiku karena hampir semua  daerah sensitifku diserang olehnya dengan sapuan lidahnya pada leherku,  remasan pada toketku, dan permainan jarinya pada nonokku,  serangan-serangan itu sungguh membuatku terbuai. Kedua mataku terpejam  sambil mulutku mengeluarkan desahan-desahan “Eeemmhh..uuhh”. Kontol  besarnya sudah mengeras dan mengacung siap memulai aksinya. Aku  terbelalak memandang kontol hitam itu, panjangnya memang termasuk ukuran  rata-rata, namun diameternya itu cukup lebar, dipenuhi dengan urat-urat  yang menonjol. Dengan lembut dibelainya pipiku, lalu belaian itu  perlahan-lahan turun ke bahuku. Direngkuhnya aku dalam pelukannya.  Tangannya bergerak menjelajahi tubuhku. Dia mengencangkan remasan pada  toketku kananku sehingga aku merintih kesakitan “Aaakkhh..sakit om!”.  Dia hanya tertawa terkekeh-kekeh melihat reaksiku. “Uuuhh..sakit ya Nes,  mana yang sakit..sini om liat” katanya sambil mengusap-usap toketkuku  yang memerah akibat remasannya. Dia lalu melumat toketkuku sementara  tangan satunya meremas-remas toketku yang lain. Perlahan-lahan akupun  sudah mulai merasakan enaknya. Tubuhku menggelinjang disertai suara  desahan saat tangannya mengorek-ngorek liang nonokku sambil mulutnya  terus melumat toketku, terasa pentilku disedot-sedot olehnya, kadang  juga digigit pelan atau dijilat-jilat. Kini mulutnya mulai naik, jilatan  itu mulai kurasakan pada leherku hingga akhirnya bertemulah bibirku  dengan bibirnya yang tebal itu. Naluri sexku membuatku lupa akan  segalanya, lidahku malah ikut bermain dengan liar dengan lidahnya sampai  ludah kami bertukar dan menetes-netes sekitar bibir.
Om Edo lalu berlutut sehingga kontolnya  kini tepat dihadapanku yang sedang telentang dikasur. Dia menggosokkan  kontolnya pada wajahku. Aku mulai menjilati kontol hitam itu mulai dari  kepalanya sampai biji pelernynya, semua kujilati sampai basah oleh  liurku. Semakin lama aku semakim bersemangat melakukan oral sex itu.  Kukeluarkan semua teknik menyepong-ku sampai dia mendesah nikmat. Saking  asiknya aku baru sadar bahwa posisi kami telah berubah menjadi gaya 69  saat kurasakan benda basah menggelitik itilku. Dia kini berada di  bawahku dan menjilati belahan nonokku, bukan cuma itu dia juga  mencucuk-cucukan jarinya ke dalamnya sehingga nonokku makin lama makin  basah saja. Aku disibukkan dengan kontolnya di mulutku sambil sesekali  mengeluarkan desahan. Aku sungguh tidak berdaya oleh permainan lidah  serta jarinya pada nonokku, tubuhku mengejang dan cairan nonokku  menyembur dengan derasnya, aku telah dibuatnya nyampe. Tubuhku lemas  diatas tubuh nya dan tangan kananku tetap menggenggam batang kontolnya.
Setelah puas menegak cairan nonokku, dia  bangkit berdiri di kasur. Tangan kokohnya memegang kedua pergelangan  kakiku lalu membentangkan pahaku lebar-lebar sampai pinggulku sedikit  terangkat. Dia sudah dalam posisi siap menusuk, ditekannya kepala  kontolnya pada nonokku yang sudah licin, kemudian dipompanya sambil  membentangkan pahaku lebih lebar lagi. Kontol yang gemuk itu masuk ke  nonokku yang cukup sempit. Dia terus menjejalkan kontolnya lebih dalam  lagi sampai akhirnya seluruh kontol itu tertancap. “Ooohh..nonok kamu  lebih peret dari nonok Lina, Nes, nikmat banget deh”. Aku senang juga  mendengar pujiannya. “Ines juga nikmat om, kontol om gede banget”. “Kamu  belum pernah ngerasain kontol gede ya Nes”. “Yang gede sering om, tapi  yang segede kontol om baru kali ini, enjot terus om, nikmaaat”. Puas  menikmati jepitan dinding nonokku, pelan-pelan dia mulai menggenjotku,  maju mundur terkadang diputar. Kurasakan semakin lama pompaannya semakin  cepat sehingga aku tidak kuasa menahan desahan, sesekali aku menggigiti  jariku menahan nikmat, serta menggeleng-gelengkan kepalaku ke  kiri-kanan sehingga rambut panjangku pun ikut tergerai kesana kemari.  Tampangku yang sudah semrawut itu nampaknya makin membangkitkan  napsunya, dia menggenjotku dengan lebih bertenaga, bahkan disertai  sodokan-sodokan keras yang membuatku makin histeris. Kemudian tangan  kanannya maju menangkap toketku yang tergoncang-goncang. Hal ini memberi  perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.
Setengah permainan, dia mengganti  posisi. Aku disuruhnya nungging di dipan. Dari belakang dia sedang  mengagumi tubuhku dan mengelus-ngelusnya. “Nah, ini baru namanya pantat”  dia meremas bongkahan pantatku dengan gemas dan menepuknya. Saat dia  mulai mengelus nonokku tanpa sadar aku malah merenggangkan kakiku  sehingga dia makin leluasa merambahi daerah itu. Dia mulai mempersiapkan  kembali kontolnya dengan menggosok-gosokkan pada bibir nonok dan  pantatku. Kemudian dia menyelipkan kontolnya di antara selangkanganku  lewat belakang. Aku mendesis nikmat saat kontol itu pelan-pelan memasuki  nonokku. Kakiku mengejang ketika menerima sodokan pertamanya yang  dilanjutkan dengan sodokan-sodokan berikutnya. Mulutku mengap-mengap  mengeluarkan merintih terlebih ketika tangannya meremas-remas kedua  toketku sambil sesekali dipermainkannya pentilku yang sudah mengeras.  “Ooohh.. enak banget deh ngentotin kamu Nes!” celotehnya.  Tusukan-tusukan itu seolah merobek tubuhku, hingga 15 menit kemudian  tubuhku bagaikan kesetrum dan mengucurlah cairan dari nonokku dengan  deras sampai membasahi pahaku. Aku merintih panjang sampai tubuhku  melemas kembali, kepalaku jatuh tertunduk, nafasku masih kacau setelah  nyampe sekali lagi. Aku mengira dia juga akan segera mengecretkan  pejunya, ternyata perkiraanku salah, dia masih dengan ganas mengenjotku  tanpa memberi waktu istirahat. Rambut panjangku ditariknya sehingga  kepalaku terangkat. Sudah cukup lama aku digenjotnya namun belum  terlihat tanda-tanda akan ngecret. Variasi gerakannya sangat lihai  sampai membuatku berkelejotan, juga staminanya itu sungguh diluar  dugaan. Mendadak dia menarik lepas kontolnya, aku sudah siap menerima  semprotan pejunya, namun ternyata kontol itu masih mengacung dengan  gagahnya.
Om Edo lalu duduk, “Sini Nes, om  pangku!” suruhnya. Aku menurut saja dan tanpa diminta lagi aku naik ke  pangkuannya, aku menuntun kontolnya memasuki nonokkku. Begitu kuturunkan  pantatku langsung aku bergoyang di pangkuannya, dia pun membalas  gerakkanku dengan menaik turunkan pantatnya berlawanan denganku sehingga  tusukannya makin dalam. Wajahnya dibenamkan pada belahan toketku,  tangannya yang tadi mengelus-ngelus punggungku mulai meraba toketku,  mulutnya menangkap toketku yang satu lagi. Toketku disedot dan  dikulumnya, kumisnya yang terkadang menyapu permukaan toketku memberi  rasa geli dan sensasi yang khas. Kunaik-turunkan tubuhku dengan gencar  sampai dia melenguh-lenguh keenakan, “Uuugghh..nonok kamu enak banget,  Nes”. esahanku bercampur baur dengan lenguhannya. Kepalaku tengadah  disertai lolongan panjang dari mulutku saat aku nyampe lagi, cairan  nonokku kembali tercurah sampai membasahi dipan, secara refleks aku juga  mempererat rangkulanku hingga wajahnya makin terbenam pada toketku.  “Om, kuat banget sih ngentotnya, Ines dah beberapa kali nyampe, om belum  ngecret juga, lemes om”. “Tapi nikmat kan?”
Kemudian dia melepaskan kontolnya dan  menyuruhku berlutut di hadapannya, diraihnya kepalaku dan didekatkan  pada kontolnya yang lalu kujilati dan kusedot, rasanya sudah bercampur  dengan cairan nonokku. Ketika tanganku sedang mengocok sambil  menjilatinya tiba-tiba dia melenguh panjang dengan wajah mendongak ke  atas, “Nes, aku mau ngecret, di nonok kamu ya”. Segera aku dibaringkan  didipan, dia menaiki aku dan sekali enjot kontol besarnya langsung  ambles semuanya di nonokku. Dienjotkannya kontolnya keluar msuk dengan  cepat dan akhirnya, “Ooohh..Nes, aku ngecret” dan disusul  ‘creett..creet..’ pejunya menyemprot dengan deras didalam nonokku,  terasa sekali semburan kuatnya menghangati bagian dalem nonokku.  Demikian lelahnya aku, sampai tubuh seperti lumpuh dan mata terasa makin  berat. Sebelum kembali terlelap aku masih sempat mendengarnya berkata  dekat kupingku “nonok kamu enak banget, aku jadi ketagihan nih!”
 












0 komentar:
Posting Komentar